Bangsawan Bali adalah sebutan untuk kelompok masyarakat Bali yang memiliki status sosial tinggi dan keturunan dari raja-raja atau pemuka agama di pulau Dewata. Bangsawan Bali terbagi menjadi tiga kasta atau wangsa, yaitu brahmana, kesatria dan waisya. Mereka memiliki tradisi penamaan, kebudayaan dan peran yang berbeda-beda dalam masyarakat Bali. Artikel ini akan membahas tentang asal usul, ciri-ciri, dan peranan bangsawan Bali dalam sejarah dan kehidupan masyarakat Bali.
Asal Usul Bangsawan Bali
Asal usul bangsawan Bali tidak dapat dipisahkan dari sejarah pulau Bali itu sendiri. Pulau Bali merupakan salah satu bagian dari Nusantara yang telah dihuni oleh manusia sejak zaman prasejarah. Pada masa itu, masyarakat Bali hidup secara sederhana dan belum mengenal sistem kasta atau bangsawan.
Pada abad ke-8 Masehi, agama Hindu mulai masuk ke pulau Bali melalui para pedagang dan pendeta dari India. Agama Hindu membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan dan struktur sosial masyarakat Bali. Agama Hindu mengajarkan tentang konsep triwangsa atau tiga kasta utama, yaitu brahmana (pendeta), kesatria (pejuang) dan waisya (pedagang).
Pada abad ke-13 Masehi, pulau Bali mulai dikuasai oleh kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dari Jawa, seperti Singhasari dan Majapahit. Kerajaan-kerajaan ini mengirimkan para bangsawannya untuk menjadi raja-raja atau pejabat pemerintahan di pulau Bali. Mereka membawa serta budaya Jawa klasik yang kemudian bercampur dengan budaya asli Bali.
Pada abad ke-15 Masehi, ketika Majapahit runtuh akibat serangan Islam dari Demak, banyak bangsawan Jawa yang melarikan diri ke pulau Bali untuk menyelamatkan diri dan melestarikan kebudayaan Hindu-Buddha mereka. Mereka bergabung dengan bangsawan Bali yang sudah ada sebelumnya dan membentuk kerajaan-kerajaan baru di pulau Bali, seperti Gelgel, Klungkung, Karangasem, Buleleng dan Tabanan.
Sejak saat itu, bangsawan Bali menjadi kelompok masyarakat yang memiliki kekuasaan, kekayaan dan keistimewaan di pulau Bali. Mereka memegang peranan penting dalam bidang politik, agama dan budaya. Mereka juga memiliki ciri khas dalam hal penamaan, pakaian, kediaman dan upacara.
Kebudayaan Bangsawan Bali
Kebudayaan bangsawan Bali merupakan hasil dari sinkretisme antara kebudayaan Jawa klasik dengan kebudayaan asli Bali. Kebudayaan bangsawan Bali mencerminkan status sosial, identitas dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok ini. Beberapa aspek kebudayaan bangsawan Bali yang dapat dibahas adalah sebagai berikut:
Sistem Kasta
Sistem kasta adalah salah satu ciri khas dari kebudayaan bangsawan Bali. Sistem kasta adalah pembagian masyarakat berdasarkan garis keturunan leluhur yang mengindikasikan peran dan kedudukan seseorang dalam masyarakat. Sistem kasta di pulau Bali terbagi menjadi empat, yaitu:
- Brahmana: kasta tertinggi yang terdiri dari para pendeta, pedanda, beserta keluarganya. Mereka bertugas sebagai pemuka agama dan rohaniwan yang mengurus hal-hal yang berkaitan dengan ritual, doa dan pemujaan kepada dewa-dewa.
- Kesatria: kasta kedua yang terdiri dari para raja, bangsawan, prajurit, beserta keluarganya. Mereka bertugas sebagai pemimpin politik dan militer yang mengurus hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan, hukum dan pertahanan.
- Waisya: kasta ketiga yang terdiri dari para pedagang, pengrajin, petani, beserta keluarganya. Mereka bertugas sebagai pelaku ekonomi dan sosial yang mengurus hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan, produksi dan kesejahteraan.
- Sudra: kasta terendah yang terdiri dari para pekerja kasar, buruh, pelayan, beserta keluarganya. Mereka bertugas sebagai pelayan atau bawahan dari kasta-kasta di atasnya.
Sistem kasta ini tidak lagi diterapkan secara kaku sebagaimana pada masa lalu. Pada masa kini, masyarakat Bali sudah memiliki kesempatan yang sama untuk memilih profesi dan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Namun, sistem kasta ini masih dipertahankan sebagai pengingat akan asal usul dan tradisi leluhur mereka.
Tata Cara Penamaan
Tata cara penamaan adalah salah satu cara untuk mengenali status sosial dan urutan kelahiran seseorang dalam masyarakat Bali. Tata cara penamaan ini berbeda-beda antara kasta brahmana, kesatria dan waisya.
Keturunan dari kasta brahmana biasanya diawali dengan gelar Ida atau Ida Bagus untuk laki-laki, dan Ida Ayu (disingkat Dayu) untuk perempuan. Misalnya: Ida Bagus Made Oka atau Ida Ayu Sri Wahyuni.
Keturunan dari kasta kesatria biasanya diawali dengan gelar Anak Agung (disingkat Gung), Cokorda (disingkat Cok), I Gusti Agung atau I Gusti Ngurah untuk laki-laki, dan Anak Agung Istri (disingkat Agung), Cokorda Istri (disingkat Cok), I Gusti Ayu atau I Gusti Ngurah Rai untuk perempuan. Misalnya: Anak Agung Gede Rai atau Cokorda Istri Dewi.
Keturunan dari kasta waisya biasanya diawali dengan gelar I Gusti atau Dewa untuk laki-laki, dan I Gusti Ayu atau Dewa Ayu untuk perempuan. Misalnya: I Gusti Ketut Sudarsana atau Dewa Ayu Komang Sari.
Selain menggunakan gelar kebangsawanan, bangsawan Bali juga menggunakan nama depan yang menunjukkan urutan kelahiran mereka. Berdasarkan Sastra Kanda Pat Sari, ada empat macam penamaan berdasarkan urutan kelahiran dari anak pertama hingga keempat, yaitu:
- Wayan, Putu atau Gede untuk anak pertama. Misalnya: Wayan Sudiana atau Putu Sari.
- Made, Nengah atau Kadek untuk anak kedua. Misalnya: Made Wijaya atau Nengah Darmi.
- Nyoman atau Komang untuk anak ketiga. Misalnya: Nyoman Suwitra atau Komang Astuti.
- Ketut untuk anak keempat. Misalnya: Ketut Arta atau Ketut Rini.
Jika suatu keluarga memiliki lebih dari empat anak, nama depan untuk anak kelima mengulang kembali sesuai urutan di atas. Ada juga yang menambahkan kata balik atau tagel sebagai pengingat. Misalnya: Wayan Balik Surya atau Ketut Tagel Purnama.
Untuk membedakan jenis kelamin, nama depan orang Bali akan ditambahkan awalan sesuai jenisnya. Awalan I untuk laki-laki dan awalan Ni atau Luh untuk perempuan. Misalnya: I Wayan Darma atau Ni Luh Sari.
Pakaian Adat
Pakaian adat adalah salah satu cara untuk menunjukkan identitas dan kebudayaan bangsawan Bali. Pakaian adat bangsawan Bali memiliki ciri khas yang berbeda dengan pakaian adat masyarakat Bali pada umumnya. Pakaian adat bangsawan Bali biasanya lebih mewah, indah dan berwarna-warni.
Pakaian adat bangsawan Bali untuk laki-laki biasanya terdiri dari:
- Udeng: sejenis ikat kepala yang melambangkan kehormatan dan martabat.
- Kamen: sejenis kain panjang yang diikat di pinggang dan membentuk lipatan di depan yang disebut saput.
- Baju: sejenis baju lengan panjang yang berkerah dan berwarna putih atau hitam.
- Selendang: sejenis kain panjang yang disampirkan di bahu dan melingkar di dada yang melambangkan kekuasaan dan kearifan.
- Gelang kana: sejenis gelang emas yang dipakai di lengan kanan yang melambangkan keberanian dan kesatriaan.
- Keris: sejenis senjata tajam yang diselipkan di belakang pinggang yang melambangkan kejayaan dan keturunan.
Pakaian adat bangsawan Bali untuk perempuan biasanya terdiri dari:
- Gelungan: sejenis ikat kepala yang berbentuk bulat dan berhias bunga-bunga yang melambangkan kecantikan dan kesucian.
- Kebaya: sejenis baju lengan panjang yang berkerah dan berwarna putih atau hitam yang melambangkan kesopanan dan kerendahan hati.
- Kamen: sejenis kain panjang yang diikat di pinggang dan membentuk lipatan di depan yang disebut saput.
- Selendang: sejenis kain panjang yang disampirkan di bahu dan melingkar di dada yang melambangkan kasih sayang dan kelembutan.
- Anting-anting: sejenis perhiasan telinga yang berbentuk bulat dan berhias permata yang melambangkan kemewahan dan keanggunan.
- Gelang kana: sejenis gelang emas yang dipakai di lengan kanan yang melambangkan kesetiaan dan ketaatan.
Pakaian adat bangsawan Bali biasanya dipakai dalam acara-acara resmi, seperti upacara adat, pernikahan, kunjungan kenegaraan, atau festival budaya.
Kediaman
Kediaman adalah salah satu tempat untuk menunjukkan status sosial dan kebudayaan bangsawan Bali. Kediaman bangsawan Bali biasanya berupa puri atau griya yang merupakan tempat tinggal yang luas, megah dan berarsitektur khas Bali.
Puri adalah nama sebutan untuk tempat tinggal bangsawan Bali yang berasal dari kasta kesatria, khususnya mereka yang masih merupakan keluarga dekat dari raja-raja Bali. Puri biasanya terletak di pusat kota atau desa dan dikelilingi oleh tembok tinggi. Puri memiliki beberapa bangunan utama, seperti:
- Bale agung: sejenis pendopo besar yang digunakan sebagai tempat pertemuan, pesta, atau upacara adat.
- Bale dangin: sejenis pendopo kecil yang digunakan sebagai tempat menerima tamu atau berkonsultasi dengan para penasihat.
- Bale dauh: sejenis pendopo kecil yang digunakan sebagai tempat tidur atau bersantai bagi raja atau bangsawan.
- Bale gede: sejenis rumah besar yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi keluarga raja atau bangsawan.
- Bale delod: sejenis rumah kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi para pelayan atau bawahan.
- Pelinggih: sejenis altar kecil yang digunakan sebagai tempat bersembahyang atau memuja dewa-dewa.
Griya adalah nama sebutan untuk tempat tinggal bangsawan Bali yang berasal dari kasta brahmana, khususnya mereka yang masih merupakan keluarga dekat dari para pendeta, pedanda, atau pemuka agama. Griya biasanya terletak di pinggir kota atau desa dan dikelilingi oleh tembok rendah. Griya memiliki beberapa bangunan utama, seperti:
- Merajan: sejenis pura kecil yang digunakan sebagai tempat bersembahyang atau memuja dewa-dewa.
- Bale dangin: sejenis pendopo kecil yang digunakan sebagai tempat menerima tamu atau berkonsultasi dengan para pengikut.
- Bale dauh: sejenis pendopo kecil yang digunakan sebagai tempat tidur atau bersantai bagi pendeta atau pedanda.
- Bale gede: sejenis rumah besar yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi keluarga pendeta atau pedanda.
- Bale delod: sejenis rumah kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal bagi para pelayan atau bawahan.
- Paon: sejenis dapur kecil yang digunakan sebagai tempat memasak atau menyimpan makanan.
Kediaman bangsawan Bali biasanya memiliki halaman luas yang ditanami dengan berbagai macam tanaman, seperti bunga, pohon buah, padi, atau sayuran. Kediaman bangsawan Bali juga biasanya memiliki kolam renang, taman air, atau pancuran air yang digunakan sebagai tempat mandi atau bersenang-senang.
Upacara dan Ritual
Upacara dan ritual adalah salah satu cara untuk menunjukkan keyakinan dan kebudayaan bangsawan Bali. Upacara dan ritual bangsawan Bali biasanya berkaitan dengan siklus hidup, seperti kelahiran, khitanan, pernikahan, kematian, dan reinkarnasi. Upacara dan ritual bangsawan Bali biasanya lebih rumit, panjang dan mahal daripada upacara dan ritual masyarakat Bali pada umumnya.
Beberapa contoh upacara dan ritual bangsawan Bali adalah sebagai berikut:
- Otonan: sejenis upacara ulang tahun yang dilakukan setiap 210 hari sekali sesuai dengan kalender Bali. Upacara ini bertujuan untuk mengucapkan syukur atas umur dan kesehatan seseorang. Upacara ini melibatkan persembahan sesajen, doa-doa, dan pemberian tanda lahir di dahi seseorang dengan beras kuning.
- Metatah: sejenis upacara khitanan yang dilakukan pada usia 11-13 tahun bagi laki-laki dan 9-11 tahun bagi perempuan. Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri dari pengaruh jahat dan memasuki masa dewasa. Upacara ini melibatkan pemotongan gigi seri atas seseorang oleh seorang pedanda dengan menggunakan pisau emas.
- Pawiwahan: sejenis upacara pernikahan yang dilakukan sesuai dengan aturan adat dan agama
- Mekala-kalaan: sejenis upacara penyucian diri yang dilakukan oleh kedua calon mempelai dengan menggunakan air suci dan sesajen. Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kotoran sebelum memasuki ikatan pernikahan.
- Natab banten: sejenis upacara inti yang dilakukan oleh kedua calon mempelai dengan didampingi oleh seorang pendeta atau pemangku. Upacara ini bertujuan untuk memohon restu dan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, leluhur, dan orang tua.
- Majauman: sejenis upacara lanjutan yang dilakukan oleh kedua mempelai di rumah mempelai pria setelah upacara inti selesai. Upacara ini bertujuan untuk menyambut dan mengenalkan mempelai wanita kepada keluarga dan masyarakat mempelai pria
Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bangsawan Bali adalah sekelompok orang yang memiliki status sosial tinggi di masyarakat Bali karena keturunan, kekayaan, atau kekuasaannya. Bangsawan Bali memiliki ciri-ciri fisik, nama depan, pakaian adat, kediaman, upacara dan ritual yang berbeda dengan masyarakat Bali pada umumnya. Bangsawan Bali juga memiliki peranan politik, agama dan budaya yang penting dalam masyarakat Bali. Peranan politik bangsawan Bali adalah sebagai pemimpin, penasehat, atau pejabat pemerintahan. Peranan agama bangsawan Bali adalah sebagai pemuka, pendeta, atau pemimpin agama. Peranan budaya bangsawan Bali adalah sebagai pelopor, pengembang, atau pelestari budaya.